Kabupaten
Enrekang merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi
Selatan. Di Kabupaten Enrekang terdapat satu Desa bernama Desa Pepandungan berada
di Kecamatan Baraka, luas Desa Pepandungan seluas 19,5 Km2 dengan ketinggian
> 1,000 Mdpl dan populasi 1.294 di Tahun 2019.
Salah satu hal yang menarik dari Desa Pepandungan selain Jalur bagi para pecinta petualangan untuk mengeksplorasi Gunung Latimojong sebagai gunung tertinggi di Sulawesi Selatan dan seven summit of Indonesia adalah tradisi Landa yang biasa disebut Lumbung Pangan.
Landa (Lumbung Pangan) di Desa Pepandungan memiliki fungsi sebagai Tempat menyimpan hasil panen khususnya padi dan tempat bercengkrama para masyarakat. Menurut cerita dari Bapak Sida yang merupakan salah satu tokoh masyarakat Di Desa Pepandungan menjelaskan secara gamblang terkait dengan Landa. Landa yang ada di Desa Pepandung sudah ada sejak sebelum Indonesia Mardeka. Tinggi landa kurang lebih 170 cm yang terbuat dari kayu sasak, kayu sasak ini bisa bertahan lebih dari 100 tahun lamanya. Kren kan..lanjut cerita
Kayu
landa ditebang tidak oleh sembarang
orang, menurut cerita Bapak Sida kayu sasak ini harus ditebang oleh ahlinya dan
diterima doanya (pande dalam bahasa setempat) dan biasanya disebut “tukang kayu”.
Satu lagi nih..ketika kayu sudah ditebang dan para masyarakat yang sudah
membantu istrahat untuk makan siang si pande atau tukang kayu ini tidak diperbolehkan makan
dan minum.
Landa juga memiliki bagian bagian
penting, kalau zaman sekarang biasanya disebut konstruksi bangunan. Bagian bagian
Landa terdiri dari garasan, tolo,
parende, papan landa, daporan (terdiri dari 4 bagian yaitu depan, kanan, kiri
dan belakang), talu boko, banga, pesapi, petuo, barean atau pintu masuk landa,
ampang bara, lindo para, telang dan peboko.
Rata
rata padi yang ada di dalam landa ada yang berumur 100 Tahun, dan padi tersebut
kadang dikonsumsi pada acara pengantin atau gotong royong dan acara
kemasyarakatan lainnya di Desa Setempat. Berdasarkan tradisi landa diatas dapat
di simpulkan bahwa sejarah ketahanan pangan di Desa Pepandungan sudah ada sejak
100 tahun lalu atau sebelum Indoensia Mardeka, dimana para orang tua menyimpan
hasil panen dan akan mengelurakan dari landa apabila dibutuhkan atau terjadi
kelaparan.
Berdasarkan tradisi di atas yuk kita sedikit
memahamai sejarah ketahanan pangan
dimana Ketahanan pangan adalah sebuah kondisi yang terkait dengan
ketersediaan bahan pangan secara berkelanjutan. Kekhawatiran terhadap ketahanan
pangan telah ada dalam sejarah. Sejak 10 ribu tahun yang lalu lumbung telah digunakan di Tiongkok dengan kekuasaan
penggunaan secara terpusat di peradaban di Tiongkok Kuno dan Mesir Kuno. Mereka melepaskan suplai pangan di saat terjadinya
kelaparan. Namun ketahanan pangan hanya dipahami pada tingkat nasional, dengan
definisi bahwa negara akan aman secara pangan jika produksi pangan meningkat
untuk memenuhi jumlah permintaan dan kestabilan harga. Definisi baru mengenai
ketahanan pangan dibuka pada tahun 1966 di World Food Summit yang menekankan
ketahanan pangan dalam konteks perorangan, bukan negara.
Menurut https://id.wikipedia.org/wiki
Ketersediaan pangan berhubungan dengan suplai pangan
melalui produksi, distribusi, dan pertukaran. Produksi pangan
ditentukan oleh berbagai jenis faktor, termasuk kepemilikan
lahan dan penggunaannya; jenis dan manajemen tanah; pemilihan,
pemuliaan, dan manajemen tanaman pertanian; pemuliaan dan manajemen hewan
ternak; dan pemanenan. Produksi tanaman pertanian dapat dipengaruhi oleh
perubahan temperatur dan curah hujan. Pemanfaatan lahan, air, dan energi untuk
menumbuhkan bahan pangan sering kali berkompetisi dengan kebutuhan lain. Pemanfaatan
lahan untuk pertanian dapat berubah menjadi pemukiman atau hilang akibat desertifikasi, salinisasi, dan erosi tanah
karena praktik pertanian yang tidak lestari.
Produksi tanaman pertanian bukanlah suatu
kebutuhan yang mutlak bagi suatu negara untuk mencapai ketahanan pangan. Jepang dan Singapura menjadi contoh bagaimana sebuah negara yang
tidak memiliki sumber daya alam untuk memproduksi bahan pangan namun mampu
mencapai ketahanan pangan.
Distribusi
pangan melibatkan penyimpanan, pemrosesan, transportasi,
pengemasan, dan pemasaran bahan pangan.Infrastruktur rantai pasokan dan
teknologi penyimpanan pangan juga dapat mempengaruhi jumlah bahan pangan yang
hilang selama distribusi. Infrastruktur transportasi yang tidak memadai
dapat menyebabkan peningkatan harga hingga ke pasar global. Produksi
pangan per kapita dunia sudah melebihi konsumsi per kapita, namun di berbagai
tempat masih ditemukan kerawanan pangan karena distribusi bahan pangan telah
menjadi penghalang utama dalam mencapai ketahanan pangan.
Kalau Sudah di baca jangan lupa di share yah........